BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi
Bentuk Negara
Adanya orang-orang yang memandang pentingnya luas wilayah suatu negara, ada orang-orang yang meragukan bahwa pentingnya bentuk wilayah suatu negara secara geografi politik. Meskipun Pounds dalam bukunya Political Geography (1972) menulis bahwa “ geometrical shape of a state presents problems only a degree less acute than those raised by its geographical extent “, para ahli lainnya berpendapat kuat bahwa bentuk suatu negara dalam banyak aspek memuat hal-hal yang sifatnya serba kebetulan atau untung-untungan belaka, sehinga tak penting untuk ditelaah mendalam. Tetapi geograf Weigert pernah menulis “ bahwa seakan-akan bentuk negara itu sendiri tak banyak artinya, tetapi itu harus diperhatikan sebagai faktor yang bersama faktor-faktor lainnnya, merupakan suatu unsur yang penting dalam menyusun bahasa geografi politis mengenai negara yang bersangkutan.
Bentuk
negara menunjukan pentingnya jika dihubungkan dengan pertahanan dan juga pemerintahan intern. Bentuk yang kompak jelas
dapat membatasi jumlahnya transportasi (makna,waktu dan biaya) diantara wilayah
pinggiran dan pusatnya negara yang bersangkutan. Bentuk kompak tersebut
membantu banyak sekali bantuan bagi kesatuan serta keterkaitan intern nagara.
Adapun bentuk kompak yang ideal adalah suatu lingkaran. Semakin wilayah suatu
negara bentuknya mendekati suatu lingkaran, semakin erat hubungan pusatnya dengan pinggirannya, sehingga dengan
itu fungsinya serba utuh, dengan lokasi ibukota ditengah-tengahnya wilayah
negara, keuntungan berupa kohesi
(ikatan) politis intern makin banyak, dibandingkan dengan apabila itu kota
terletak dipinggiran atau tak persis dipusat.
Ditinjau dari segi pertahanan bentuk kompak lebih menguntungkan dalam
menghapi serbuan musuh dari. Semakin luas wilayah negara lokasi ibukota dipusat
dalam rangka bentuk kompak tadi, semakin
berguna bagi usaha mundur secara strategis, apabila diperlukan demikian.
Lain
halnya apabila bentuk wilayah yang negara yang memanjang (elongated shape). Itu
akan menyulitkan bidang lalu lintas dan komunikasi, di sepanjang bujuran
wilayah negara. Bentuk memanjang merugikan bagi bidang pemerintahan maupun
pertahan nagara. Contoh yang jelas
sehubungan itu kita saksikan pada negara Chili dan Norwegia. Pounds menulis demikian tentang kedua negara
itu : Keduanya tak memiliki jalan kereta
api yang melayani sepanjang wilayanya secara menyeluruh. Meskipun di Norwegia
terdapat jalan raya yang dapat dipakai sepanjang musim, tetapi di Chili tidak
ada. Kedua negara tergantung perhubungan daratnya dari pelayaran pantai-pantai.
Demi kelancaranya, Chili telah menetapkan keringanan biaya transportasi untuk
wilayahnya lokasinya paling utara dan paling selatan.
Negara
Prancis dan Czekoslovakia, sering dipamerkan sebagai contoh kontrasnya seluk
beluk bentuk negara yang wilayahnya kompak dan memanjang, dengan memukakan
segala keuntungan serta kerugiannya. Prancis dengan bentuk kompak pentagon
menikmati stabilitas politik, sebaliknya Czekoslovakia berulang-ulang diganggu
perkembangan politik dan non politik oleh bentuk memanjang itu.
Namun
Weigert dalam bukunya berjudul Principles
of politicall geography mencatat sebagai berikut :
“ bentuk wilayah melingkar kompak dari suatu negara
itu adalah yang paling aman, sebenarnya kurang cocoklah dengan pengalaman
sebenarnya. Masalah yang sebenarnya perlu diajukan sehubungan itu adalah dimana
dan sejauh mana, bentuk wilayah politis sesuai dengan bentuk-bentuk alami
secara geografis, sehingga dapat dibahas secara bertanggung jawab melalui human
geography. Chili dan Norwegia memang berbentuk memanjang yang ekstrim melebihi
Czekoslovakia, tetapi kedunya mempertunjukan sewaktu bentuk yang persisten
(kukuh) dan stabil (mantap) yang tak kalah jika dibandingkan dengan bentuk
kompak sebagaimana dimiliki oleh Prancis. Norwegia dan Chili amat kongruen
(sama sebangun) dengan wilayah geografisnya. Perbatasan Norwegia dipojok utara,
dipojok tenggara yakni diseberang pegununggan masih meliputi wilayah penduduk
yang berbahasa Norwegia. Padahal
Czekoslovakia tak demikian halnya, karena wilayah geografisnya tak
kongruen dengan wilayah bahasanya. Karena alasan inilah maka bentuknya yang
memanjang (elongated) itu bersifat lemah saja. Dari uraian diatas telah menjadi
jelas bahwa bentuk kompak tak menjamin sifat kohesif. Misalnya negara Rumania
yang paling kompak bentuknya, selalu diganggu oleh masalah-masalah golongan
minoritas. Sebaliknya negara-negara Dermak dan Selandia baru yang tak berbentuk
kompak dapat bangga atas kohesi nasioanlnya. acap kali terjadi bahwa bentuk
yang kompak dicapai, disertai dengan pengorbanan atas suatu kelompok minoritas
yang tersisihkan dari bangsa induk penghuni negara yang bersangkutan.
Perbatasan sisi barat Rumania yang diperoleh pada tahun 1920 mencakup wilayah
sepanjang jalan kereta api ternyata mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang
sumbernya berupa kehadiran kaum minoritas Hongaria.
Umumnya
bentuk kompak membawakan keuntungan secara geografi politik, tetapi sebaliknya bentuk yang memanjang membawakan
aneka kerugian namun tak terdapat disitu pengaruh yang sifatnya deterministis.
Situasi yang nyata dapat berbeda dari negara satu dan negara lainnya. Dan ini
tergantung dari keseluruhan serasi budaya dan geografi-politik.
2.2
Klasifikasi Bentuk Negara
Negara-negara
berdasarkan bentuk wilayahnya dapat dikelompok menjadi beberapa klas. Dikshit
mengajukan 5 klas : memanjang, kompak, berekor, terpisah, dan terjepit.
a.
Memanjang
(elongated or atenuated)
Negara
yang bentuk demikian dirumuskan memiliki panjang sebanyak 6 kali jika dibandingkan
dengan lebar rata-ratanya. Contoh yang paling tepat adalah negara Chili yang
panjang U-S nya 4160 km dan lebar B-T nya 160 km. Adapun contoh lainnya :
Norwegia, Swedia, Togo, Zambia, Italia, Panama, dan Malawi
Gambar 1. Italia
Gambar 2. Chili
(
Sumber: http://www.Google.com )
( Sumber: http://www.Google.com )
Gambar 3. Togo
( Sumber: http://www.Google.com
)
Gambar 4. Norwegia
( Sumber: http://www.Google.com
)
Gambar 5. Panama
( Sumber: http://www.Google.com
)
b.
Kompak (compact)
Pada
bentuk ini jarak dari pusat wilayah negara ke tepi-tepinya hampir sama.
Contohnya, Prancis, Uruguay, Belgia, Polandia, Sudan dan Afghanistan.
Gambar 6. Prancis
Gambar 7. Uruguay
( Sumber: http://www.Google.com )
( Sumber: http://www.Google.com )
Gambar 8. Afghanistan
( Sumber: http://www.antaranews.com )
( Sumber: http://www.antaranews.com )
c.
Berekor (prorupt).
Beberapa
negara selain bentuknya hampir kontak masih mempunyai semacam tambahan wilayah
berbentuk suatu koridor yang mengantung pada tubuh wilayah. Misalnya Zaire, Namibia,
Burma (Myanmar) dan Thailand. Dalam banyak kasus ” wilayah ekor ” itu masing-masing
bermanfaat bagi tubuh utama, karena startegis. Perhatikan Caprivi strip milik Namibia
(Afrika barat daya) yang berekor ke Zambia hingga mencapai sungai Zambesi, Burma
“berekor” ke arah selatan sehingga mencapai bagian utara Malaysia.
Gambar 9. Thailand Gambar
10. Namibia
( Sumber: http://www.Google.com ) (
Sumber: http://www.Google.com )
d.
Terpisah (fragmented)
Di situ wilayah terpecah menjadi
dua, sehinga masing-masing bagiannya menjadi dua, sehinga masing-masing
bagiannya menjadi terpisah lokasinya. Kerugian terbentuk seperti ini dirasakan
negara yang bersangkutan pada saat diperlukan pertahanan dan keutuhan intern
nya. Bentuk terpisah masih dibagi atas dua jenis, pertama continental, keduanya
insular. Contoh terpisah continental adalah Pakistan dimasa sebelum 1971 ketika
masih berupa Pakistan barat dan Pakistan timur, yang disebut terakhir ini sekarang
merdeka sebagai Bangladesh. adapun yang bentuknya terpisah insular adalah
Indonesia, Jepang dan Filipina.
Gambar 11. Jepang Gambar
12. Indonesia
( Sumber: http://www.Google.com ) ( Sumber: http://www.Google.com
)
Gambar 13. Filifina
( Sumber: http://www.Google.com )
( Sumber: http://www.Google.com )
e.
Tejepit (perforated)
Jika letak wilayah negara seluruh
ada di dalam tubuh wilayah negara lain yang lebih besar tentunya, maka bentuk “
negara kantong “ disebut terjepit.
Contohnya Negara gereja Vatikan di dalam Italia dan San Marino juga demikian.
Negara Afrika Selatan juga memiliki “enclape” nama nya lesothol yang luasnya
hanya 30.352 km2, dulu nya ini namanya basutolan ketika masih
dijajah Inggris. Nama sebaliknya dari enclave (inlier) adalah eslave, outlier:
ini letaknya di luar wilayah induknya jadi Pakistan timur kini Bangladesh
dulunya suatu esclave dari Pakistan barat. Wilayah Malaysia yang ada di Kalimatan
juga suatu esclave dari Malaysia induk yang tempatnya di Zahzirah Malaka.
Dalam literatul geogarfi politik terdapat
pula 3 istilah lain yang bertalian dengan bentuk terjepit ini yaitu: projection, brithgheat,
dapglacies. Projection adalah suatu wilayah sempit lagi panjang sebagai suatu
kelanjutan dari wilayah negara induk yang memisah dua wilayah tetangga. Contohnya
adalah “ ekor” dari Afghanistan yang letaknya memisahkan Pakistan dari Uni Soviet. Adapun suatu britgehead
seperti kedapatan di dekat mastrichate atau (Belanda) dimana sungai Mass
membatasi Belanda dan Belgia. Kapal-kapal Belgia keluar masuk perbatasan di sungai
internasional itu. Jadi di situ terdapat suatu perpanjangan wilayah pengawasan
dari suatu negara terhadap tetanganya. Pada glacis halnya mirip dengan
brithghead hanya di situ bukan sungai yang dilewati perpanjangan wilayah
pengawasan, tetapi juram atau lembah yang membatasi 2 wilayah negara. Ini
pernah kedapatan sebelum perang dunia pertama ketika Austria memiliki wilayah
glacis di seberang juram pegunungan Tirol Selatan, yang penduduknya mayoritas
berbahasa Jerman. Padahal Tirol Selatan ini sehabis perang dimasukan wilayah Italia,
sehingga “ ekor” penghuni berbahasa lain, tetap merupakan masalah. Sebelum itu
masalah tak ada karena bahasa Austria tak ada negara tersebut. Penduduknya
berbahasa Jerman semuanya.
Gambar 14. Afrika Selatan Gambar 15.
Italia
( Sumber: http://www.Google.com ) ( Sumber: http://www.Google.com )
2.3 Teknik Matematis Dalam Analisa Bentuk
Negara
Dalam geografi politik muncul cara
menganalisis bentuk wilayah negara yang baru, yaitu dengan teknik matematis
yang akurat. Perhitungannya menyangkut seberapa jauh bentuk yang nyata itu
menyimpang dari bentuk lingkaran yang ideal. Teknik yang sederhana adalah
membandingkan panjang perbatasan suatu negara dengan seluruh luasnya yang
disebut indeks kekompakan dapat
dihitung berdasarkan persentase panjang perbatasan wilayah negara yang
bersangkutan terhadap lingkaran yang pas dicakupnya. Andai kata bentuk negara
lingkaran, i.k. = 100. Pounds setelah mengukur i.k. dari berbagai negara maka
hasilnya Uruguay 105, Rumania 137, Hongaria 146, Swiss 164, Belgia 167, Meksiko
258, dan Chili 310.
Pounds juga mengajukan cara lainnya
pada tahun 1964. Di situ suatu unit politik (negara) luasnya dibagi dengan luas
lingkaran terkecil yang dapat meliputinya, lalu hasil bagi dikalikan 100.
Dengan cara ini besarnya indeks akan berkurang. Untuk lingkaran indeksnya 100
untuk bentuk eksagon 83, untuk pesegi 64 dan untuk segitiga sama sisi 43.
Dengan cara ini indeks kekompakan Prancis 57,5, Chili 5,0 dan India 35,5.
Ada lagi cara lain sebagaimana
digunakan oleh Haggett dan Chorley (1969), mereka menggunakan rumus ini: indeks
bentuk wilayah negara = (1,27A)/L, dengan keterangan bahwa: A= Luas wilayah
yang bersangkutan dalam km² dan L adalah panjang dalam km dari sumbu wilayah
yang terbesar. Dengan cara ini bentuk lingkaran akan memiliki indeks = 1,
sedang bentuk garis lurus indeksnya = 0. Dengan menggunakan rumus tersebut
negara India ditemukan indeks bentuk negara = 0,4053.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Umumnya
bentuk kompak membawakan keuntungan secara geografi politik, tetapi sebaliknya bentuk yang memanjang membawakan
aneka kerugian namun tak terdapat disitu pengaruh yang sifatnya deterministis.
Situasi yang nyata dapat berbeda dari negara satu dan negara lainnya. Dan ini
tergantung dari keseluruhan serasi budaya dan geografi-politik.
Negara-negara
berdasarkan bentuk wilayahnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa klas.
Dikshit mengajukan 5 klas : memanjang, kompak, berekor, terpisah, dan terjepit.
Dalam geografi politik muncul cara
menganalisis bentuk wilayah negara yang baru, yaitu dengan teknik matematis
yang akurat. Perhitungannya menyangkut seberapa jauh bentuk yang nyata itu
menyimpang dari bentuk lingkaran yang ideal. Teknik yang sederhana adalah membandingkan
panjang perbatasan suatu negara dengan seluruh luasnya yang disebut indeks kekompakan dapat dihitung
berdasarkan persentase panjang perbatasan wilayah negara yang bersangkutan
terhadap lingkaran yang pas dicakupnya.
Pounds juga mengajukan cara lainnya
pada tahun 1964. Di situ suatu unit politik (negara) luasnya dibagi dengan luas
lingkaran terkecil yang dapat meliputinya, lalu hasil bagi dikalikan 100. Ada
lagi cara lain sebagaimana digunakan oleh Haggett dan Chorley (1969), mereka
menggunakan rumus ini: indeks bentuk wilayah negara = (1,27A)/L, dengan
keterangan bahwa: A= Luas wilayah yang bersangkutan dalam km² dan L adalah
panjang dalam km dari sumbu wilayah yang terbesar. Dengan cara ini bentuk
lingkaran akan memiliki indeks = 1, sedang bentuk garis lurus indeksnya = 0
B. SARAN
Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik yang membangun, demi
kesempurnaan makalah ini. Dan diharapkan agar penelitian dan pengembangan
ilmunya tidak berhenti di sini saja.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Daldjoeni,
N. 1991. Dasar – dasar Geografi Politik .
Bandung: Citra Aditya Bhakti
Hidayat,
Imam dan Mardiyono. 1983. Geo Politik,
Teori dan Strategi Politik dalam hubungannya dengan manusia, ruang dan
sumber daya alam. Surabaya: Usaha Nasional
Hayati, Sri
dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik.
Bandung: Refika Aditama
INTERNET
What is the minimum bet in poker, baccarat, and how do you
BalasHapusWhen you start playing poker, there is no limit to your bets and it can be tough to win. With so deccasino many หาเงินออนไลน์ people betting on the games you find worrione it difficult to
Play Casino Site - Lucky Club
BalasHapusThe Lucky Club online casino site is not your typical online gambling establishment. This luckyclub online casino site is one of the best in the world of slots. If you 🏆 Lucky Club: Play Now🎁 New Bonus: £100 Welcome Bonus🎲 Games: 110+💰 Min Deposit: £10